Mimpi – Pagi yang Asing
NURUL HAMBALI
Pagi
adalah awal dari perjalanan waktu yang menggambarkan sebuah kisah. Namun
tak semua pagi yang aku lewati menjadi pagi yang manis. Saat pagi ini rasanya
aku tak ingin terbangun dari mimpi malam tadi. Kenapa tidak, karena aku baru
saja bermimpi dengan seseorang yang teramat berarti,teramat kucinta, seseorang
yang tak mungkin tergantikan.
Dia
adalah adalah almarhumah ibuku. Hampir satu tahun aku ditinggal ibu pergi
selamanya dari kehidupanku. Bukan maksud tak ikhlas namun baru sebentar aku
merasakan hangat pelukan ibu, manfaat nasehat ibu. Catatan harapanku dengan ibu
perlahan pudar bahkan hampir lenyap. Tersenyum lebar bersading memakai toga dan
berpose bareng didepan karangan bunga wisuda menghilang sudah. Aku adalah
sulung dari tiga bersaudara yang selama ini aku jauh dari keluarga, aku belajar
untuk mandiri sebelum benar-benar mandiri. Rasanya sama seperti pungguk yang
merindukan bulan. Hari-hariku sepi tanpa nasehat ibu.
Hingga
malam tadi aku mengulang kembali kenangan manis itu, yang sudah hampir 3 bulan
aku tak merasakan hal tersebut. Mungkin aku terlalu fokus dengan hidup
sekarang, hidup tanpa angan-angan. Aku menangis ketika aku tersadar semua itu
hanya bunga tidur. Tapi perlahan aku sadar kenangan dengan ibu tak akan pernah
terkikis oleh waktu, karena kenangan itu adalah sebuah harapan hari esok akan
lebih baik jika aku memahami kenyataan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar