Kamis, 13 Oktober 2016

Kuncer Kakak: TANDA TANYA PUISI OLEH NURUL HAMBALI

Kuncer Kakak: TANDA TANYA PUISI OLEH NURUL HAMBALI:   TANDA TANYA PUISI OLEH NURUL HAMBALI Rumput yang hijau meyelimuti tanah yang basah, Derai air biru mengisi samudra, H...

TANDA TANYA PUISI OLEH NURUL HAMBALI




 TANDA TANYA
PUISI OLEH NURUL HAMBALI



Rumput yang hijau meyelimuti tanah yang basah,
Derai air biru mengisi samudra,
Hamparan gunung bimbang dan gelisah,
Didaki oleh manusia yang mengaku pengembara,
Entah karena apa langit dan bumi seakan bepisah,
Tak lagi ada suara burung berkicau,
Tak ada lagi bunga yang tumbuh dan berkembang,
Malaikat yang tadinya ramah, menjadi risau,
Karena melihat keindahan surga yang telah usang.



Aku dan kau sama,
Tak ada yang berbeda,
Tinggal dan makan di tempat yang telah ada sejak lama,
Tapi kenapa? Cuma aku yang merasa sakit karena kau tak ada,
Apakah ini hanya sekedar peringatan?
Apa mungkin ini adalah hukuman dari Tuhan karena kita telalu nyaman?
Bumi pertiwi yang tadinya bernyanyi, yang seakan bersapa dan bersautan
Kini hanya diam melihat dan mendengar gemuruh langit yang tak lagi aman
Apa mungkin karena kau meninggalkan tanah dengan api yang mebakar dahan
Sehingga akhirnya aku mendapat jawaban
 bahwa sakit ini adalah acaman.




Dulu aku dan kamu selalu melihat langit yang sama,
Selalu mebayangkan punya rumah di atas awan,
Berpijak di kaki gunung luas dengan hamparan rumput yang hijau,
Namun, kini impian itu hanya sekedar lamunan
                            Karena melihat kamu yang tak lagi bergairah membangun kisah cinta itu
Apa mungkin kamu bosan dengan impian,
Atau kamu tahu, kalau itu hanya sekedar utopia
Yang tak akan mungkin hidup dengan imajinasi saja
Lalu aku harus bagaimana? Membiarkan kisah itu menjadi sebuah harapan semata
Tanpa mewujudkannya karena dunia hanya fatamorgana



Minggu, 07 Februari 2016

- Write One Word To Challenge my Story -

Malam semua??
visit my story ( kakakkugi.blogspot.com )
oh iya, kalau kalian berminat ngasi tantangan buat gue,, kalian mention disini, kasih gue 1 kata buat tema kuncer gue..
lumayan nambah2 tulisan..
ehh emang siapa gue ya.. hahaha
kalau berminat ya komen,, kalau gak abaikan saja!!!
salam " FREEDOM "
KAKAK KUGI

Sabtu, 06 Februari 2016

AKAR



AKAR


                Merdu kicauan burung pagi ini membangunkanku dari mimpi indah malam tadi. Awal yang baik untuk memulai menulis hari ini. Kuambil peralatan menulisku, pulpen, kertas serta laptop dengan baterai full. Aku berjalan menuju tempat pelarianku DPR ( dibawah pohon rindang ). Sengaja kutata sesuai seleraku untuk tempat berdiam dan bermedatasi sembari menunggu ilham untuk menulis sebuah rangkaian kata menjadi kalimat merajuk sebuah cerita dalam kuncerku. Tak lupa moccacino dengan potongan biskuit coklat juga menjadi teman setiaku setiap pagi.

                Tauhkah kenapa aku suka dengan pohon-pohon di bumi ini? Aku adalah seorang titisan Adam dan Hawa, dimana kedua leluhurku yang menjadikan aku menjadi salah seorang manusia yang hidup di bumi ini. Dengan kisah romantis penuh dengan godaan hawa nafsu Adam dan Hawa hingga akhirnya mereka berjelajah di muka bumi ini. Pohon adalah makhluk hidup ciptaan yang Maha Kuasa tempat Adam dan Hawa berteduh. Namun pernahkah engkau bertanya bagaimana pohon mengasilkan ranting, daun serta buahnya? Jawabnya adalah dia. Dia adalah pondasi utama pohon tumbuh dengan subur, yang tak terlihat, tertutup oleh tanah. dia menjadi bagian yang paling bisu dari bagian pohon, diam tanpa mendengar suara dari luar. Namun dia adalah saksi bagaimana pohon dapat bertahan dari terpaan angin, hujan dan terik matahari.Dia adalah AKAR

Senin, 01 Februari 2016

Menunggu Senja



Menunggu Senja


    Seruput kopi hitam hisap sebatang tembakau sambil menunggu senja tenggelam berganti malam. Tak ada waktu yang tersisa terbuang sia-sia, aku duduk melamun menatap senja pada tabir dinding diatas genteng rumahku. Burung – burung terbang melayang bebas diatas awan, menari terhempas angin sepoy sore ini. 
    Berbisik hello ditelingaku, aku menoleh ke kiri dan berbalik ke kanan tak kutemukan siapa yang bersuara. Hening ketika kembali menatap kedepan. Pahit rasanya memandang saat penat ini menghampiri. Kucoba memejamkan mata, berbaring sejenak dan menoleh ke atas langit orange saat ini. Kutemukan ribuan jejak awan yang mulai memudar berganti warna seakan mengisyaratkan suatu pertanda pada sebuah cerita kala ini. Aku tak mampu menafsirkan jejak itu, aku kembali kalut menuai makna pada sebuah cerita senja. Kuhembuskan nafas panjang dan kubuka mataku yang terpejam, tersenyum kepada matahari yang hampir terbenam berbisik kepada angin dan kusampaikan salam sapa untuk mereka yang menunggu SENJA.

Sabtu, 09 Januari 2016

Penggenggam Hujan



PENGGENGGAM HUJAN

 
                Harum tanah kering semerbak menjelma menjadi nada-nada dalam solo fingerstyle Jhon Williams sore itu. Tak terasa panas terik siang tadi menjadi pengantar mendung sore ini. Gemuruh langit membuat suasana semakin sendu dalam melodi Rain. Tirai jendela yang menjadi hiasan kamar Rain seakan menjadi saksi bisu Rain memandang gelap sore itu.
                Hujan yang sekan tak pernah menoreh Rain sebelumnya menjadi berontak karena sikap Rain. Rain yang piawai dalam menulis puisi sekan berhenti karena rintik hujan yang turun sore itu. Etah apa yang Rain rasakan saat itu, Rain menjadi sosok makhluk paling beku dalam hidupku. Tak pernah kudengar dia berdialog menyairkan puisinya lagi.
                Dengan pelan aku mendekatkan telingaku pada dinding kamarku, seakan berharap Rain kembali berteriak bersenandung dengan puisi-puisi yang menggambarkan dunia ini. Namun percuma hingga reda rintik hujan yang membasahi tanah Rain tetap diam.
                Matahari perlahan turun dan bulan semakin beranjak naik keatas permukaan langit, memancarkan sinar dalam gelapnya malam itu. Entah kenapa hati ini tergerak untuk berbisik kepada Rain, “ berdiri, beranjak, dan belari keluar, lihat dunia, ia menantimu, menanti Rain yang riang menyairkan puisi kalbumu”. Tapi apa daya aku tersekat pada dinding yang tak mampu kuruntuhkan, karena Rain adalah Hujan sore itu.

Mimpi - Pagi Yang Manis



Mimpi – Pagi yang Asing
NURUL HAMBALI

Pagi adalah awal dari perjalanan waktu yang menggambarkan sebuah kisah. Namun tak semua pagi yang aku lewati menjadi pagi yang manis. Saat pagi ini rasanya aku tak ingin terbangun dari mimpi malam tadi. Kenapa tidak, karena aku baru saja bermimpi dengan seseorang yang teramat berarti,teramat kucinta, seseorang yang tak mungkin tergantikan.
Dia adalah adalah almarhumah ibuku. Hampir satu tahun aku ditinggal ibu pergi selamanya dari kehidupanku. Bukan maksud tak ikhlas namun baru sebentar aku merasakan hangat pelukan ibu, manfaat nasehat ibu. Catatan harapanku dengan ibu perlahan pudar bahkan hampir lenyap. Tersenyum lebar bersading memakai toga dan berpose bareng didepan karangan bunga wisuda menghilang sudah. Aku adalah sulung dari tiga bersaudara yang selama ini aku jauh dari keluarga, aku belajar untuk mandiri sebelum benar-benar mandiri. Rasanya sama seperti pungguk yang merindukan bulan. Hari-hariku sepi tanpa nasehat ibu.
Hingga malam tadi aku mengulang kembali kenangan manis itu, yang sudah hampir 3 bulan aku tak merasakan hal tersebut. Mungkin aku terlalu fokus dengan hidup sekarang, hidup tanpa angan-angan. Aku menangis ketika aku tersadar semua itu hanya bunga tidur. Tapi perlahan aku sadar kenangan dengan ibu tak akan pernah terkikis oleh waktu, karena kenangan itu adalah sebuah harapan hari esok akan lebih baik jika aku memahami kenyataan hidup.