Senin, 01 Februari 2016

Menunggu Senja



Menunggu Senja


    Seruput kopi hitam hisap sebatang tembakau sambil menunggu senja tenggelam berganti malam. Tak ada waktu yang tersisa terbuang sia-sia, aku duduk melamun menatap senja pada tabir dinding diatas genteng rumahku. Burung – burung terbang melayang bebas diatas awan, menari terhempas angin sepoy sore ini. 
    Berbisik hello ditelingaku, aku menoleh ke kiri dan berbalik ke kanan tak kutemukan siapa yang bersuara. Hening ketika kembali menatap kedepan. Pahit rasanya memandang saat penat ini menghampiri. Kucoba memejamkan mata, berbaring sejenak dan menoleh ke atas langit orange saat ini. Kutemukan ribuan jejak awan yang mulai memudar berganti warna seakan mengisyaratkan suatu pertanda pada sebuah cerita kala ini. Aku tak mampu menafsirkan jejak itu, aku kembali kalut menuai makna pada sebuah cerita senja. Kuhembuskan nafas panjang dan kubuka mataku yang terpejam, tersenyum kepada matahari yang hampir terbenam berbisik kepada angin dan kusampaikan salam sapa untuk mereka yang menunggu SENJA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar