Sabtu, 09 Mei 2015

BUNDA ANI ( MAMAK KAKAK TERCINTA )

            Terbangun dari tidurku, dan tersadar hari ini jadwal penerbangan menuju kampung halamanku Medan, tepat pukul 13.00 WIB aku tiba dibandara, namun pesawat yang akan aku tumpangin take off pada pukul 16.30 WIB.
            Sebelum aku tiba di bandara, aku merapihkan semua barang kedalam tas, selanjutnya aku bergegas menuju kampus untuk berpmitan dengan sahabatku Yuli. Dia tidak menyangka liburan kuliah semester ganjil ini aku akan pulang. Sebenarnya aku juga tidak memikirkan untuk meninggalkan Bandung, namun malam tadi aku menerima telepon dari ayah yang terisak tangis tiada henti, mengabarkan aku harus segera pulang saat itu juga.
            Ayah mentranfer uang untuk aku membeli tiket, alhasil aku harus menggambilnya melalui wesel pos. Karena ayah tidak menyimpan sesen pun uang didalam ATMnya. Pagipun menghampiriku dan mengharuskanku mengayuh sepeda kosan untuk pergi ke pos demi memiliki tiket pesawat.
            Aku menunggu sahabatku sekitar satu jam dikampus karena jarak rumah Yuli yang terbilang jauh dan dibarengi dengan macetnya jalanan menuju kampus. Maklum hari ini weekand semua orang berbondong-bondong menuju lokasi wisata masing-masing untuk mengisi hari libur setelah seminggu bekerja besama keluarga mereka.
            Tiba-tiba cacing didalam perutku meronta seraya memangil dan menggerakan untuk mengisi sesuap nasi, sembari aku menunggu aku meluangkan waktuku untuk makan dikanting belakang, maklum dari malam tadi tak sedikitpun perutku terisi makanan karena mendengar kondisi mamakku  yang lagi sekarat dirumah sakit. Pikiranku kacau tak henti-henti air mata kuteteskan membasahi pipiku.
            Tiba dikantin aku merasa asing dengan hari ini. Aku hanya memandangi setumpuk makanan dipiringku dan melahapnya perlahan, tanpa menghiraukan orang-orang disekililingku. Mungkin dalam hati mereka bertanya mau kemanakah aku membawa tas yang yang berisi setumpuk pakaian ini.
            Aku lanjut memakan sisa makananku, dan sibuk sms yuli hanya sekedar menanyakan sudah sampai manakah dia. Tak terasa makananku habis kulumat dalam mulut, dan perutku merasa kenyang dan tak ingin lagi menerima apapun lagi.
            Lima menit setelah aku menghabiskan makananku dan membayar bon tagihan. Yuli pun tiba dikampus, akupun langung menghampiri dia dan berjabat tangan dengan dia. Aku heran kenapa dia menangis mungkin karena dia mendengar cerita kalau mamakku kurang sehat.
            Setelah aku berpamitan dengan Yuli aku bergegas mencari angkot yang akan mengantarkanku menuju bandara. Jarak antara kampus dengan bandara Husein Sastranegara Bandung cukup jauh butuh waktu sejam untuk sampai lokasi. Sebenarnya aku tidak harus secepat ini meninggalkan kosan, namun dalam pikiranku ini pertama kalinya aku berangkat sendiri menuju bandara dan aku tidak tahu jalan. Sehingga aku harus bertanya pada supir angkot yang kutumpangi. Untuk sampai bandara aku harus naik turun angkot tiga kali dan berjalan 100 meter untuk tiba di Husein Sastranegara.
            Tibnya aku dibandara aku langsung menuju loket penjualan tiket dan memesan 1 tiket menuju Medan. Selama menunggu jadwal keberangkatanku aku duduk dipelataran aiport seperti seseorang yang hilang kesadaran dan terdiam melamun tepaku menatap komputer jinjing yang sengaja aku aktifkan demi mengupdate status difacebook untuk sembari menshare momenku hari ini.
            Lelah, penat rasanya aku menunggu yang terlalu lama tanpa bergerak dari tempat duduk yang beralaskan lantai keramik putih. Tulak ekor bokongku terasa sakit dan sesekali aku berdiri melihat jam ditanganku dan menghela nafas panjang.
            Pukul 15.55 WIB aku berdiri dan berjalan menuju menja kecil untuk menukaran tiket dengan bording pass dan mengambil tempat dudukku. Dan kembali aku duduk diruang tunggu penumpang. Dan kebetulan didalam ruang tunggu pihak airpot menyediakan musolah dan mukena didalamnya aku sontak mengambil wudhu dan menunaikan shalat asharku.
            Tiba – tiba suara operator bandara menginformasikan keberangkatan semua maskapai penerbangan mengalami keterlambatan dikarenakan cuaca hari ini memang tidak cukup baik yang mengharuskan dan membuat semua penumpang maskapai menghela nafas dan bersabar ditempat duduk mereka. Hemm aku melirik jam tanganku dan menghitung lamanya aku berada dipusaran bandara. 6 jam aku menunggu dan berbuah hasil tepat pukul 18.50 WIB pesawatku tiba dan bergegas aku berjalan menuju kabin dan duduk pada kursi 23A.
            Setelah konfirmasi dari pramugari yang mengharuskan aku duduk tegap untuk melihatnya dan memperhatikan ketika sesuatu daang menghampiri didalam pesawat. Aku melirik kanan dan kiri ternyata tak ada satupun penumpang dalam barisanku. Dan kulihat belakang dan depan dudukku juga sama. Malam ini penumpang tidak full. Aku merasa lega karena tidak ramai dan aku bisa bersantai sesukaku dan menikmati penerbanganku dan melihat keluar jendela yang malam itu awan menghitam tak satupun bintang bersinar.
            Selama 2 jam 30 menit aku berada didalam pesawat aku hanya menutup telingaku dengar earphone mendengarkan musik melow yang memahami perasaanku saat ini. Pengeras suarapun terdengar co pilot mengkonfirmasikan bawa pesawat yang aku tumpangi akan segera lending dibandara internasionl Kuala Namu Medan. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku dibandara ini yang baru diremismikn 2 tahun lalu. Bagitu aku memasuki arena bandara aku segera mengaktifkan ponselku dan menghubungi ayahku yang menjemputku dibandara.
            Tak lama aku turun dari eskalator aku melihat sosok tegap dan melirik kerahku. Dialah ayahku yang siap menjemput dn mengantarkanku ke rumah sakit menemui mamakku yang lemah tak berdaya diranjang rumah sakit. Aku langsung memeluk dn mencium kening mamakku dan semabari melihat tubuh yang hampir tak aku kenali, mmakku yang dulu sedikit berisi dan sekarang hanya tulang yang terbalut kulit tubuhnya. Aku tak menyangga mamakku sakit separah ini.
            Tanpa meminum air dan mengganti pakaianku aku hanya duduk diam disampingnya dan mengusap tubuhnya. Hatiku semakin hancur ketika melihat langsung orang yang melahirkan dan membesarkanku selama ini menahan sakit yang dia derita. Yang akhirnya sedikitpun waktuku terbuang sia-sia, aku hanya memberikan semua apa yang dia mau. J dan pada akhirnya waktu ini berakhir aku ikhlas dan tersenyum dengan melepas pelukan hangat dari mamak. Aku yakin mamak lebih bahagia disisi Tuhan.


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar