Terbangun dari tidurku,
dan tersadar hari ini jadwal penerbangan menuju kampung halamanku Medan, tepat
pukul 13.00 WIB aku tiba dibandara, namun pesawat yang akan aku tumpangin take
off pada pukul 16.30 WIB.
Sebelum
aku tiba di bandara, aku merapihkan semua barang kedalam tas, selanjutnya aku
bergegas menuju kampus untuk berpmitan dengan sahabatku Yuli. Dia tidak
menyangka liburan kuliah semester ganjil ini aku akan pulang. Sebenarnya aku
juga tidak memikirkan untuk meninggalkan Bandung, namun malam tadi aku menerima
telepon dari ayah yang terisak tangis tiada henti, mengabarkan aku harus segera
pulang saat itu juga.
Ayah
mentranfer uang untuk aku membeli tiket, alhasil aku harus menggambilnya melalui
wesel pos. Karena ayah tidak menyimpan sesen pun uang didalam ATMnya. Pagipun
menghampiriku dan mengharuskanku mengayuh sepeda kosan untuk pergi ke pos demi
memiliki tiket pesawat.
Aku
menunggu sahabatku sekitar satu jam dikampus karena jarak rumah Yuli yang
terbilang jauh dan dibarengi dengan macetnya jalanan menuju kampus. Maklum hari
ini weekand semua orang berbondong-bondong menuju lokasi wisata masing-masing
untuk mengisi hari libur setelah seminggu bekerja besama keluarga mereka.
Tiba-tiba
cacing didalam perutku meronta seraya memangil dan menggerakan untuk mengisi
sesuap nasi, sembari aku menunggu aku meluangkan waktuku untuk makan dikanting
belakang, maklum dari malam tadi tak sedikitpun perutku terisi makanan karena
mendengar kondisi mamakku yang lagi
sekarat dirumah sakit. Pikiranku kacau tak henti-henti air mata kuteteskan
membasahi pipiku.
Tiba
dikantin aku merasa asing dengan hari ini. Aku hanya memandangi setumpuk
makanan dipiringku dan melahapnya perlahan, tanpa menghiraukan orang-orang
disekililingku. Mungkin dalam hati mereka bertanya mau kemanakah aku membawa
tas yang yang berisi setumpuk pakaian ini.
Aku
lanjut memakan sisa makananku, dan sibuk sms yuli hanya sekedar menanyakan
sudah sampai manakah dia. Tak terasa makananku habis kulumat dalam mulut, dan
perutku merasa kenyang dan tak ingin lagi menerima apapun lagi.
Lima
menit setelah aku menghabiskan makananku dan membayar bon tagihan. Yuli pun
tiba dikampus, akupun langung menghampiri dia dan berjabat tangan dengan dia.
Aku heran kenapa dia menangis mungkin karena dia mendengar cerita kalau mamakku
kurang sehat.
Setelah
aku berpamitan dengan Yuli aku bergegas mencari angkot yang akan mengantarkanku
menuju bandara. Jarak antara kampus dengan bandara Husein Sastranegara Bandung
cukup jauh butuh waktu sejam untuk sampai lokasi. Sebenarnya aku tidak harus
secepat ini meninggalkan kosan, namun dalam pikiranku ini pertama kalinya aku
berangkat sendiri menuju bandara dan aku tidak tahu jalan. Sehingga aku harus
bertanya pada supir angkot yang kutumpangi. Untuk sampai bandara aku harus naik
turun angkot tiga kali dan berjalan 100 meter untuk tiba di Husein
Sastranegara.
Tibnya
aku dibandara aku langsung menuju loket penjualan tiket dan memesan 1 tiket
menuju Medan. Selama menunggu jadwal keberangkatanku aku duduk dipelataran
aiport seperti seseorang yang hilang kesadaran dan terdiam melamun tepaku
menatap komputer jinjing yang sengaja aku aktifkan demi mengupdate status
difacebook untuk sembari menshare momenku hari ini.
Lelah,
penat rasanya aku menunggu yang terlalu lama tanpa bergerak dari tempat duduk
yang beralaskan lantai keramik putih. Tulak ekor bokongku terasa sakit dan
sesekali aku berdiri melihat jam ditanganku dan menghela nafas panjang.
Pukul
15.55 WIB aku berdiri dan berjalan menuju menja kecil untuk menukaran tiket
dengan bording pass dan mengambil tempat dudukku. Dan kembali aku duduk diruang
tunggu penumpang. Dan kebetulan didalam ruang tunggu pihak airpot menyediakan
musolah dan mukena didalamnya aku sontak mengambil wudhu dan menunaikan shalat
asharku.
Tiba
– tiba suara operator bandara menginformasikan keberangkatan semua maskapai
penerbangan mengalami keterlambatan dikarenakan cuaca hari ini memang tidak
cukup baik yang mengharuskan dan membuat semua penumpang maskapai menghela
nafas dan bersabar ditempat duduk mereka. Hemm aku melirik jam tanganku dan
menghitung lamanya aku berada dipusaran bandara. 6 jam aku menunggu dan berbuah
hasil tepat pukul 18.50 WIB pesawatku tiba dan bergegas aku berjalan menuju
kabin dan duduk pada kursi 23A.
Setelah
konfirmasi dari pramugari yang mengharuskan aku duduk tegap untuk melihatnya
dan memperhatikan ketika sesuatu daang menghampiri didalam pesawat. Aku melirik
kanan dan kiri ternyata tak ada satupun penumpang dalam barisanku. Dan kulihat
belakang dan depan dudukku juga sama. Malam ini penumpang tidak full. Aku
merasa lega karena tidak ramai dan aku bisa bersantai sesukaku dan menikmati
penerbanganku dan melihat keluar jendela yang malam itu awan menghitam tak
satupun bintang bersinar.
Selama
2 jam 30 menit aku berada didalam pesawat aku hanya menutup telingaku dengar
earphone mendengarkan musik melow yang memahami perasaanku saat ini. Pengeras
suarapun terdengar co pilot mengkonfirmasikan bawa pesawat yang aku tumpangi
akan segera lending dibandara internasionl Kuala Namu Medan. Ini pertama
kalinya aku menginjakkan kakiku dibandara ini yang baru diremismikn 2 tahun
lalu. Bagitu aku memasuki arena bandara aku segera mengaktifkan ponselku dan
menghubungi ayahku yang menjemputku dibandara.
Tak
lama aku turun dari eskalator aku melihat sosok tegap dan melirik kerahku.
Dialah ayahku yang siap menjemput dn mengantarkanku ke rumah sakit menemui
mamakku yang lemah tak berdaya diranjang rumah sakit. Aku langsung memeluk dn
mencium kening mamakku dan semabari melihat tubuh yang hampir tak aku kenali,
mmakku yang dulu sedikit berisi dan sekarang hanya tulang yang terbalut kulit
tubuhnya. Aku tak menyangga mamakku sakit separah ini.
Tanpa
meminum air dan mengganti pakaianku aku hanya duduk diam disampingnya dan
mengusap tubuhnya. Hatiku semakin hancur ketika melihat langsung orang yang
melahirkan dan membesarkanku selama ini menahan sakit yang dia derita. Yang akhirnya
sedikitpun waktuku terbuang sia-sia, aku hanya memberikan semua apa yang dia
mau. J
dan pada akhirnya waktu ini berakhir aku ikhlas dan tersenyum dengan melepas
pelukan hangat dari mamak. Aku yakin mamak lebih bahagia disisi Tuhan.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar