Selasa, 26 Mei 2015

25/05/15

25/05/15
          Kebanyakan orang menulis hanya memanfaatkan indra pendengar dan penglihat,mungkin aku salah satunya. Mendengar, melihat adalah andalanku untuk menulis sebuah cerita, gagasan atau hanya berupa ungkapan. Padahal Tuhan telah memberikan gumpalan serat terkait menjadi satu dalam isi kepala setiap manusia. Namun sampai saat ini aku masih belum dapat mengoptimalkan pusat pikiranku dalam menyelami imajinasi. Namun berkhayal selalu kulakukan saat aku sejenak diam. Senyap yang kurasakan ketika termenung selalu banyak pelangi dalam langit gelapku. Hari ini aku mencoba untuk memulai meraba jalan imajinasiku. Bias sinar dalam pelangi, warna-warni menghiasi malamku. Setiap sudut terlihat garis yang merajut dan merangkai sebuah arti.
          Detak jantungku tiba-tiba berdebar tak seperti biasanya, apa gerangan yang terjadi pada diriku. Melihat dia berjalan tegap dan fokus pada jalurnya membuat mataku terbelalak menuju rautnya. Pancaran matanya seakan-akan menghipnotis semua pikiranku. Membuat kaku bibirku hingga tidak bisa berkata dan hanya bisa menggumam dalam hati. Perlahan kutarik nafas panjangku dan memberanikan diriku melangkah tuk menghampirinya. Namun tiba-tiba, aku dikejutkan oleh temanku yang berjalan dari belakang menepuk pundakku. “Hey, masih pagi sudah melamun”. Hayo lagi-lagi lo hanya melihat dan terdiam cuma gara-gara orang itu?.. bangun dari mimpi lo, samperin tu orang ajak kenalan dong. Hemmm, aku hanya bisa tersenyum sambil mengehela nafasku. Mending kita masuk kelas aja yuk!!.
          Sejenak aku teringat dengan ucapan oci, benar juga jika hanya diam mana mungkin aku tahu jawaban dari sebuah pertanyaan yang bertumpuk dalam kepalaku. Tapi aku belum dan sepertinya tidak akan pernah siap melambaikan tanganku dan menyapa... hai aku Dera senang berkenalan denganmu. Hemm bisa-bisa aku mati berdiri karena pasti itu sangat memalukan. Masa iya cewe nyamperin duluan. Apa kata dunia walau ini jaman emansipasi tapi ini tetap saja suatu harga diri yang harus dipertahankan sampai kapan pun.
          Hari ini adalah hari yang membuatku angkat kepala dan ekstra menguras tenaga. Kembali bekerja pada naungan yang penuh dengan argumen. Terkadang aku hampir frustasi bekerja disini. Namun apa daya  hanya ini satu-satunya yang mampu menerima pekerjaan 22 hari dalam sebulan. Karena aku harus tetap kuliah walau harus menguras pikiran untuk membagi waktu mencari uang untuk membayar gubukku alias kosan. Mungkin ini kali ya yang membuatku hidup sendiri dan hanya bayanganku saja yang menemani ketika ada sinar matahari dan sorotan lampu jalanan. Usiaku tidak muda lagi diumur 22 tahun aku masih kuliah pada tingkat 7, bukan karena aku malas dan bodoh namun aku berhenti selama setahun untuk mengumpulkan biaya awal masuk kuliah setelah lulus sma. Sampai sekarang aku harus bisa mengumpulkan dana untuk biaya kelulusan nanti. Maklum aku kuliah di universitas swasta, yang setiap harinya banyak tagihan yang ditempel pada mading fakultas.

          Dera,,, Dera,, aghh suara ini rasanya tak asing lagi dari kejauhan 1 kilometer jika dia memanggil namaku pasti ketebak, suara sengau bos gue, yang keturunan cina membuatku kadang tergelitik saat mengucap namaku. Seperti batita yang baru belajar bicara.. huss lupakan!! dia bos setia yang selalu hadir setiap hari hanya ingin mengecek pelanggan yang makan. Padahal dia harus kuliah S2 dan jarak yan lumayan jauh namun dia selalu menyempatkan waktu ke warung. Rasanya rugi jika dia tidak melirik kami dan berdesis “ kerja yang benar”. Seperti ular, diam bukan berarti tidur namun fokus untuk mematok mangsa, menyiapkan strategi untuk membelitnya.

To be continiu........ wakwau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar